Jeda

Hidup ini layaknya rangkaian kata
butuh jeda

tanpa jeda
akan terasa membosankan rapinya deretan kata
seperti tentara yang hidup hanya untuk berjaga

tanpa jeda
untaian kata mutiara takkan lebih bermakna
seperti para ustad yang hanya berbicara tanpa realita

tanpa jeda
balutan syair dalam puisi terasa hampa
seperti pujangga yang bercerita tentang aksioma

tanpa jeda
lantangnya bahasa pidato takkan berpengaruh apa-apa
seperti para diktator ketika berbicara kehangatan keluarga

tanpa jeda
takkan ada cinta
karena cinta tumbuh ketika ada jeda diantara kita

mataharisenja

2 Responses to “Jeda”

  1. dhodie Says:

    Jadi sudah kah kamu menjeda rutinitasmu dengan sesuatu?

    Mendaki gunung atau menyambangi laut?

    Atau bercengkrama dengan kabut yang menyelimut?

    Ah… jeda-jeda seperti itu akan menjadikan diri kita takut.

    Takut menjadi insan yang lupa akan maut.

    *selamat menjeda*

  2. tikapinkhana Says:

    Tak memahami puisi, tapi segala kegiatan memang butuh jeda.


Leave a comment